Wednesday, October 1, 2025

Ragam Akademik: Membedakan Bahasa Ilmiah dengan Bahasa Populer

 

Abstrak

Bahasa berfungsi sebagai medium utama untuk menyampaikan gagasan, pengetahuan, dan temuan baru. Dalam konteks akademik, bahasa ilmiah berperan menjaga ketepatan dan keobjektifan penyampaian informasi, sedangkan bahasa populer digunakan untuk menjangkau khalayak luas dengan gaya yang lebih sederhana dan komunikatif. Artikel ini mengulas perbedaan mendasar antara bahasa ilmiah dan bahasa populer, baik dari sisi tujuan, karakteristik, maupun fungsi sosial. Selain itu, dibahas pula bagaimana tantangan yang muncul ketika suatu gagasan ilmiah dialihbahasakan ke dalam bentuk populer. Kajian ini mengacu pada Modul 1: Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi sebagai rujukan utama, serta diperkuat dengan literatur lain seperti Kridalaksana (2008), Keraf (2001), dan Tarigan (2009). Tujuannya adalah memberikan pemahaman yang lebih utuh mengenai fungsi ganda bahasa dalam konteks keilmuan dan kehidupan sehari-hari, sekaligus menegaskan perlunya keseimbangan antara presisi akademik dan keterjangkauan komunikasi publik.

Kata Kunci: bahasa ilmiah, bahasa populer, komunikasi, ragam bahasa, akademik


Pendahuluan

Bahasa tidak hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana distribusi ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan tinggi dan penelitian, setiap gagasan yang dihasilkan harus dapat dikomunikasikan dengan benar. Namun, kebutuhan komunikasi tidak selalu berhenti pada lingkaran akademik. Pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah juga perlu disebarluaskan ke masyarakat umum agar memberi manfaat lebih luas.

Di titik inilah muncul dua ragam bahasa yang berbeda fungsi. Bahasa ilmiah dipakai untuk menjamin ketelitian, sistematika, dan objektivitas penyampaian informasi. Sebaliknya, bahasa populer hadir untuk mempermudah pemahaman masyarakat awam tanpa harus terbebani dengan istilah teknis yang rumit. Memahami perbedaan keduanya menjadi penting, sebab kesalahan memilih ragam bahasa dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan gagal dipahami dengan benar.

Artikel ini bertujuan menjelaskan secara sistematis perbedaan bahasa ilmiah dan bahasa populer, menguraikan karakteristik masing-masing, serta menyoroti tantangan yang timbul saat sebuah teks ilmiah disederhanakan ke dalam bentuk populer.


Permasalahan

Artikel ini berupaya menjawab pertanyaan utama berikut:

  1. Bagaimana definisi dan ciri utama bahasa ilmiah serta bahasa populer?

  2. Apa saja perbedaan mendasar antara keduanya?

  3. Bagaimana kontribusi masing-masing ragam bahasa dalam penyebaran pengetahuan?

  4. Tantangan apa yang muncul ketika mengadaptasi bahasa ilmiah ke dalam bahasa populer?



Pembahasan

1. Bahasa Ilmiah: Definisi dan Karakteristik

Bahasa ilmiah adalah ragam bahasa yang digunakan dalam karya akademik, penelitian, dan berbagai aktivitas ilmiah lainnya. Menurut Modul 1 Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, bahasa ilmiah dituntut memiliki sifat objektif, logis, konsisten, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ragam ini berfungsi untuk menjaga keilmiahan suatu teks agar terbebas dari ambiguitas dan interpretasi ganda.

Beberapa karakteristik utama bahasa ilmiah antara lain:

  • Objektif: pernyataan didasarkan pada fakta, data, atau hasil penelitian, bukan opini pribadi.

  • Sistematis: penyajian disusun dengan alur logis, biasanya mulai dari latar belakang hingga kesimpulan.

  • Konsisten: penggunaan istilah teknis tetap sama sepanjang tulisan.

  • Lugas: menghindari kata kiasan atau bahasa emosional.

  • Formal: mengikuti kaidah ejaan dan tata bahasa baku.

Karya seperti jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian menjadi contoh utama penggunaan bahasa ilmiah.


2. Bahasa Populer: Definisi dan Karakteristik

Berbeda dengan bahasa ilmiah, bahasa populer digunakan untuk menjangkau khalayak umum. Tujuan utamanya bukan sekadar ketepatan akademik, melainkan kemudahan pemahaman. Bahasa populer biasanya ditemukan dalam media massa, artikel majalah, blog, atau konten media sosial.

Kridalaksana (2008) menyebutkan bahwa bahasa populer cenderung sederhana, ekspresif, dan komunikatif. Gaya bahasa ini lebih bebas, bahkan bisa memanfaatkan narasi, humor, atau metafora untuk menarik perhatian pembaca. Dengan demikian, bahasa populer menjadi jembatan antara dunia akademik dan masyarakat luas.

Karakteristik utama bahasa populer adalah:

  • Mudah dipahami: memakai kosakata sehari-hari dan menghindari istilah teknis berlebihan.

  • Komunikatif: fokus pada keterhubungan dengan pembaca.

  • Fleksibel: tidak selalu kaku mengikuti aturan formal.

  • Humanis: bisa melibatkan ekspresi emosional atau gaya persuasif.


3. Perbedaan Bahasa Ilmiah dan Populer

Membedakan bahasa ilmiah dan bahasa populer dapat dilihat dari berbagai aspek berikut:

Aspek Bahasa Ilmiah Bahasa Populer
Tujuan Menyajikan pengetahuan secara presisi dan objektif Membuat pengetahuan mudah dipahami masyarakat
Audiens Peneliti, akademisi, mahasiswa Pembaca umum, masyarakat awam
Kosakata Terminologi teknis, baku Kata sehari-hari, sederhana
Struktur Formal, kompleks, sistematis Lebih bebas, bisa naratif
Gaya Impersonal, lugas, netral Personal, ekspresif, komunikatif
Media Jurnal, laporan, karya akademik Majalah, koran, blog, media sosial

di atas terlihat bahwa kedua ragam bahasa tidak saling meniadakan, tetapi saling melengkapi sesuai dengan konteks penggunaannya.

4. Fungsi Sosial Kedua Ragam Bahasa

Bahasa ilmiah memiliki fungsi menjaga integritas pengetahuan. Dengan ragam ini, hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan menjadi dasar bagi pengembangan ilmu lebih lanjut. Tanpa bahasa ilmiah, pengetahuan tidak memiliki standar validasi yang jelas.

Sebaliknya, bahasa populer berperan menyebarkan ilmu agar lebih dekat dengan masyarakat. Banyak temuan penelitian yang berhenti pada publikasi jurnal, padahal manfaatnya bisa dirasakan publik bila disampaikan dalam bahasa yang lebih sederhana. Dengan demikian, bahasa populer menjalankan fungsi transfer knowledge yang sangat penting.

5. Tantangan Mengalihbahasakan Ilmu ke Bentuk Populer

Meskipun bahasa populer penting, proses alihbahasa dari ilmiah ke populer tidak selalu mudah. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, di antaranya:

  • Risiko simplifikasi berlebihan: penyederhanaan yang terlalu jauh bisa menghilangkan makna inti.

  • Bias interpretasi: istilah teknis yang diterjemahkan bebas kadang menimbulkan salah paham.

  • Ekspektasi audiens: akademisi menginginkan presisi, sedangkan masyarakat awam lebih mementingkan kejelasan dan relevansi.

Oleh sebab itu, penulis perlu memiliki keterampilan literasi ganda: memahami kedalaman ilmu sekaligus mampu menyampaikannya dengan bahasa yang cair dan mudah dicerna.

6. Relevansi di Era Digital

Di era digital, perbedaan bahasa ilmiah dan populer semakin nyata. Publikasi ilmiah tetap membutuhkan bahasa akademis yang presisi, tetapi penyebaran pengetahuan ke masyarakat luas lebih banyak menggunakan media daring dengan gaya populer. Blog ilmiah, video edukatif, hingga infografis di media sosial menjadi bukti bagaimana bahasa populer membantu penyebaran gagasan yang awalnya rumit.

Namun, tantangan literasi digital juga muncul. Tidak semua konten populer memiliki dasar ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, penguasaan dua ragam bahasa ini penting agar akademisi bisa mengendalikan bagaimana pengetahuan didistribusikan, bukan disalahgunakan.


Kesimpulan
Bahasa ilmiah dan bahasa populer adalah dua ragam yang berbeda fungsi, namun sama-sama penting. Bahasa ilmiah menjaga keobjektifan, sistematika, dan presisi pengetahuan, sementara bahasa populer berperan dalam menyebarkan ilmu ke masyarakat dengan lebih ramah dan komunikatif. Perbedaan keduanya terlihat pada tujuan, audiens, kosakata, struktur, gaya, dan media yang digunakan.

Keduanya bukanlah ragam yang harus dipertentangkan, melainkan saling melengkapi. Bahasa ilmiah memberikan legitimasi akademik, sedangkan bahasa populer memberikan aksesibilitas publik.


Saran

  1. Akademisi dan mahasiswa perlu berlatih menulis dengan kedua ragam bahasa agar fleksibel sesuai konteks.

  2. Perguruan tinggi disarankan mengintegrasikan keterampilan menulis populer dalam kurikulum untuk memperkuat peran mahasiswa sebagai agen penyebar ilmu.

  3. Peneliti perlu aktif menyajikan hasil riset dalam bahasa populer tanpa mengorbankan ketepatan isi, agar manfaat pengetahuan lebih dirasakan masyarakat.


Daftar Pustaka

Modul 1. Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. (2001). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Ragam Bahasa. Bandung: Angkasa.

Alwasilah, A. Chaedar. (2011). Pokoknya Rekayasa Literasi: Budaya Literasi dalam Pendidikan Indonesia. Bandung: Kiblat.


No comments:

Post a Comment

Tugas Mandiri 06

A .  BUAT RINGKASAN 10 POIN PENTING Klasifikasi Sumber Pustaka: Sumber pustaka diklasifikasikan menjadi tiga: primer (asli, laporan peneliti...